Siang itu sungguh panas dan aku pun mengurungkan niatku untuk pergi menepati janji. "Sudahlah, tunda saja nanti malam ya." rujukku di pesan singkat itu. Tak lama setelahnya, "Oke" jawabnya singkat, tanpa embel-embel gombalan anak labil jaman sekarang. Setidaknya aku tahu, itulah dia. Dia yang aku suka dengan segala ke-simpel-an yang ia punya.
Aku mulai berusaha membuka grendel kunci yang agaknya sudah hampir berkarat. Dan menemukan apa yang dulu pernah kusimpan, dan kukunci rapat. Bukti masa laluku. Sekotak bunga kering, tiket film kencan pertama, secarik kertas lusuh dengan tulisan berantakan, sebuah origami manis berbentuk hati, dan sebuah amplop hitam. Untunglah tidak ada foto di sana, jadi aku tidak perlu ikut membongkar memori yang ada di otakku. Tapi mau tak mau, akhirnya harus ku bongkar juga ingatan-ingatan itu dengan menilik satu-per-satu barang dalam kotak itu.