Teruntuk: Kamu (1)


posted by Ratri Anggardani Prayitno on ,

8 comments

Siang itu sungguh panas dan aku pun mengurungkan niatku untuk pergi menepati janji. "Sudahlah, tunda saja nanti malam ya." rujukku di pesan singkat itu. Tak lama setelahnya, "Oke" jawabnya singkat, tanpa embel-embel gombalan anak labil jaman sekarang. Setidaknya aku tahu, itulah dia. Dia yang aku suka dengan segala ke-simpel-an yang ia punya.

Dan disana, di bawah meja baca, kotak kayu seukuran kardus sepatu, tergeletak jarang aku indahkan, tiba-tiba terasa sangat menarik untuk diperhatikan. Sembari menunggu matahari agak tenang, ku buka lagi kotak itu. Sudah berdebu. Ukiran tulisan berantakan "masa lalu" itu sudah sedikit terkaburkan oleh sarang laba-laba yang telah ditinggalkan sang pemiliknya. Ternyata nasib kotak kayu dan sarang itu kurang lebih sama. Sama-sama sudah terlupakan pemiliknya, entah sudah berapa lama.
Aku mulai berusaha membuka grendel kunci yang agaknya sudah hampir berkarat. Dan menemukan apa yang dulu pernah kusimpan, dan kukunci rapat. Bukti masa laluku. Sekotak bunga kering, tiket film kencan pertama, secarik kertas lusuh dengan tulisan berantakan, sebuah origami manis berbentuk hati, dan sebuah amplop hitam. Untunglah tidak ada foto di sana, jadi aku tidak perlu ikut membongkar memori yang ada di otakku. Tapi mau tak mau, akhirnya harus ku bongkar juga ingatan-ingatan itu dengan menilik satu-per-satu barang dalam kotak itu.

Sometimes I find myself sitting back and reminiscing
Especially when I have to watch other people kissing
And I remember when you started to call me your miss's
All the play fighting, all the flirtatious disses 

Bunga pertama yang pernah kamu berikan, bunga pertama yang pernah aku terima. Entah bagaimana bunga itu kering tanpa layu dan membusuk. Yang pada akhirnya terlalu sayang untuk kubuang dan berakhir di kotak transparan itu. Tersegel rapih.

Dreams, dreams...
of when we had just started things
Dreams, of you and me. 
 
Aku ingat, bagaimana kamu menyalakan lilin kecil di atas muffin coklat kesukaanku saat film yang membosankan itu hampir berakhir. Kamu membisikkan nyanyian lagu "Happy Birthday" dengan kecepatan super kilat dan menyuruhku berdoa sama cepatnya dengan nyanyian tanpa encore mu. Aku menutup mata, berdoa, apapun yang terlintas di kepalaku, kuucapkan doa. Termasuk kamu. Lalu kamu menyelipkan sebuah kotak kecil ke dalam tasku tanpa boleh aku membukanya. Malam itu, aku seperti berbalik nasib dengan cinderella.
Kertas lusuh itu ada bersama dalam kotak kecil yang kamu berikan ketika itu. Tulisannya berantakan, khas mu. Ekspresiku saat membaca tulisan itu saat ini, sama persis saat aku membacanya untuk pertama kali, senyum simpul hampir kegirangan dalam konteks yang berbeda. Di ujung akhir "relief-bahasa-kuno" mu itu, sebuah bentuk hati mungil bertengger. "Aiiih...lucunya." batinku kegirangan saat itu. :)
Namun saat ini, "Begooooooooo.....!!!" teriakku lalu tertawa terbahak-bahak mengingat seberapa polosnya ternyata dirimu di balik semua ketegasan wajahmu.
Dan origami berbentuk hati itu mengingatkanku bagaimana aku suka membuatnya dengan pesan di dalamnya, apapun. Aku sudah amat lupa apa yang aku tulis saat itu. Yang nyatanya adalah percakapan aku dan kamu dulu yang bergaya ala anak remaja, malu-malu tapi mau.

It seems, it seems..
that I can't shake those memories
I wonder if you have the same dreams too
 
Tinggal amplop hitam itu yang belum aku buka, saat ponselku berbunyi. Sebuah pesan singkat darinya. Sudah dekat katanya. Aku harus bersiap.
Kututup kembali kotak itu. Nanti suatu saat, akan kubuka lagi saat aku butuh sekilas memori tentang bagaimana aku mendambamu dulu. Bukan untuk mengenangmu, hanya untuk mengenang perasaanku dulu. Karena kurasa, tak guna lagi mengenangmu yang mungkin tidak lagi mengenangku.

The littlest things that take me there
I know it sounds lame but it's so true
I know it's not right, but it seems unfair
The things are reminding me of you 

Kukenakan setelan blus dan rok bunga cerah. Kusemprotkan parfum kesukaanmu. Dan aku bergegas keluar rumah, bersiap untuk menyambut kedatangannya. Iya, dia. Bukan kamu.

Sometimes I wish we could just pretend



-Lyrics: Lily Allen - Littlest Things

8 comments

Leave a Reply